Oleh : Mahfudoh (Kapordi Manajemen STIE Al Khairiyah Cilegon)
Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia baru saja berlalu, namun kemegahan acara tersebut masih terasa dan masyarakat Indonesia masih enggan melepas kenangan event empat tahunan itu begitu saja. Kemegahan acara penutupan acara asian games yang bertabur bintang internasional tak mampu menandingi kemeriahan dan kemegahan acara pembukaan yang dikemas dengan tema kekayaan budaya lokal Indonesia yang mengagumkan, dibuka dengan budaya kesenian tari saman dari Aceh yang melibatkan ribuan penari hingga budaya dari Papua (Sabang hingga Merauke) menampilkan wajah budaya Indonesia yang begitu kaya dan mempesona.
Tak lama setelah gelaran Asian games Presiden Republik Indonesia Joko widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke negeri ginseng Korea Selatan salah satunya dalam rangka menjajaki kerjasama bilateral dalam hal keberhasilan Korea Selatan membangun ekonomi kreatif hingga menghantarkan Korea Selatan menjadi Negara asia yang dikagumi dunia. Siapa yang tak kenal dengan budaya K-POP-nya Korea? boyband dan girlband dari korea? Seperti Super Junior (Suju), PSY “Gangnam Style” hingga yang lagi ngehits sekarang ini BTS, belum lagi girlband nya yang cantik dan ceria hingga tatarias dan model pakaian yang mereka pakai menjadi trend bagi anak muda asia khususnya indonesia, tak hanya hingar binger dunia musik Korea haru biru dunia film dan drama Korea juga mewabahi masyarakat dunia, hal yang menarik disimak dalam setiap film atau drama korea adalah mereka selalu menyajikan tontonan yang natural dan menyajikan keindahan alam dan budaya Korea yang mereka “jual” ke masyarakat dunia sehingga melalui tontonan tersebut masyarakat tertarik untuk datang mengunjungi Korea Selatan karena ingin melihat keindahan alam atau budaya korea yang mereka lihat di layar kaca, hingga tak sedikit begitu fenomenalnya drama maupun film Korea juga membawa daerah-daerah yang dijadikan lokasi syuting menjadi terkenal dan di beri nama sesuai dengan judul maupun nama sang artis.
Keberhasilan para produsen dunia hiburan dalam mengelola potensi industry hiburan korea di dukung penuh oleh pemerintah dan masyarakat korea dalam memproduksi, mempromosikan, mendistribusikan bahkan mengkonsumsi produk dalam negerinya menjadikan negeri itu sebaga Negara percontohan bagi Negara-negara asia lainnya.
Indonesia adalah Negara besar dan memiliki beraneka ragam budaya dan tradisi yang hingga kini masih dijalani oleh sebagian besar penduduk Indonesia khususnya di provinsi Banten. Masuknya Hindu-Budha menjadikan kawasan Banten dikenal dengan sebutan Banten Girang yang merupakan sebuah bagian Kerajaan Sunda yaitu bagian Kerajaan Taruma, berbagai sumber asing menyebutkan Banten (saat itu dikenal dengan Bantam. Banten yang berada di jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad Masehi, kemungkinan pada abad ketujuh. Banten sudah menjadi pelabuhan internasional, berbagai konsekuensi logisnya, Islam diyakini telah masuk dan berakulturasi dengan budaya setempat sebagaimana diceritakan dalam berita Tome Pires pada tahun 1513.
Pada tahun 1552 Masehi, Banten bukan hanya sekedar sebuah Kadipaten tetapi diubah menjadi negara bagian Kesultanan Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai Sultan dari Kesultanan Banten dengan gelar Maulana Hasanuddin Penembahan Surosowan, dibawah pimpinan Hasanuddin sebagai Kesultanan Banten, sekaligus penyebaran dakwah-dakwa Islam oleh Sultan Hasanuddin. Kepercayaan masyarakat sebelumnya dikenal sebagai masa Banten Girang bagian dari Kerajaan Sunda dengan menganut kepercayaan Hindu-Budha dibawah Kesultanan Banten yang berlandaskan asas Islam.
Berdasarkan sejarah itulah penulis tertarik melakukan napak tilas tempat-tempat bersejarah yang disebut dalam sejarah untuk mengetahui kondisi serta fungsi tempat-tempat tersebut masa sekarang, selain itu tradisi ziarah kubur dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di Banten di mulai dari kesultanan Banten hingga, pandeglang, dan lebak. Semua tempat yang kami kunjungi memiliki sejarah dan karomah yang diyakini sebagian besar masyarakat Banten hingga setiap tahun daerah tersebut tak pernah sepi dari para peziarah. Tradisi tersebut terjadi bukan hanya saat bulan ramadhan namun juga di bulan-bulan yang di anggap masyarakat sebagai bulan baik untuk berziarah bahkan saat musim hajipun tradisi ziarah keliling masih ramai dilakukan.
Banyak potensi pendapatan daerah yang di dapat dari tradisi masyarakat tersebut, diantaranya dari pendapatan parkir kendaraan roda dua hingga bus, retribusi pedagang/lapak, dana sosial masyarakat dll.Dengan melihat begitu lekatnya tradisi dan budaya masyarakat Banten akan sejarah para waliullah di tataran tanah Banten mampu mendorong pergerakan sektor perekonomian yang tentu saja tidak sedikit apalagi jika dikelola dengan baik dan professional. Tetapi sepertinya keinginan itu dirasa masih jauh panggang dari pada api, bagaimana tidak ?
Untuk berkunjung ke daerah kesultanan Banten, saat melangkahkan kaki pertama kali memasuki daerah kesultanan Banten yang notabenenya merupakan ikon Banten kita sudah di suguhi oleh kesemrawutan jalanan dan area parkir yang begitu tak teratur dengan struktur tanah yang tidak rata dan berdebu bayangkan apalagi jika musim hujan? penulis bermimpi, seperti di Korea Selatan atau di Turki sebagai Negara dua benua seribu masjid yang memiliki banyak sekali tujuan wisata religi bagaimana untuk area parker saja begitu teratur dan rapih jangankan untuk kendaraan bahkan para pejalan kakipun begitu nyaman dan asyik meski jarak area parkir dan tempat ziarah cukup jauh.
Saat menyebrangi jembatan menuju tempat ziarah kami di suguhi oleh sungai yang begitu besar tapi disajikan pemandangan sungai yang begitu kotor dan bau hingga sungaipun menjadi dangkal yang ada hanyalah sampah, rerumputan liar dan eceng liar. penulis bermimpi, dijamannya sungai itu begitu besar dan cukup dalam hingga bisa dilalui oleh perahu untuk mengangkut barang-barang perniagaan, dan seolah bermimpi sungai-sungai itu seperti kanal-kanal yang ada di eropa atau yang terdekat dengan Korea Selatan, sungai itu begitu bersih dan terawat sehingga kita bisa menikmati bangunan surosowan Banten dengan berkeliling menggunakan perahu kecil tanpa dihalangi oleh para pedagang yang berjejer dengan tak tentu arah.
Saat menuju jalan masuk lokasi ziarah, sepanjang perjalan kita seperti masuk dalam lingkaran labirin pedagang yang tak berujung padahal jika dilihat lokasi ziarah begitu dekat, kita paham maksud pengelola adalah supaya masyarakat membeli produk yang di jajakan oleh para pedagang dan para pedagang memiliki hak yang sama untuk dapat di lalui oleh para peziarah. Penulis bermimpi, andai saja para pedagang itu ditata sedemikian rupa mulai dari lokasi hingga bentuk lapak/warung tenda jangan menggunakan karung atau terpal karena terkesan kumuh, seharusnya pengelola membuat aturan bentuk lapak/warung yang semi permanen agar terlihat lebih rapih dan kuat, dan jarak pedagang dengan jalan cukup luas sehingga para peziarah dapat berjalan dan menikmati produk-produk dagangan dengan nyaman tanpa berdesakan dengan para pengunjung lainnya.
Saat memasuki ruang ziarah, Allahu akbar! begitu semrawut, berdesakan, laki-laki, perempuan, anak-anak bahkan balita dan juga orang tua, bukan hanya dengan sesama peziarah tetapi kita harus berdesakan dengan para penjual bahkan dengan para pengemis!. Saya bermimpi, pengelola menyediakan jalan atau jalur khusus bagi laki-laki dan perempuan dan juga kaum difabel, para penjual dan pengemis dilarang memasuki daerah suci bagi peziarah dan mereka memiliki daerah khusus pagi aktivitas mereka sehingga kekhusyukan masyarakat dalam berdoa terjaga.
Saat hendak mengabadikan diri berfoto di tempat-tempat bersejarah penulis merasa tak ada ruang bagi penulis untuk berpose sesuka hati karena tak ada tempat yang steril dari para pedagang yang semrawut dan sampah berserakan dimana-mana serta aroma bau pesing yang menyeruak di setiap sudut bangunan. Saya bermimpi, daerah tempat ziarah dan lokasi menara Banten bersih dari para pedagang, yang mengelilingi area itu adalah tanaman-tanaman hijau dan bunga-bunga yang indah, dengan jalanan yang tertutup keramik atau pavingblock, tak lupa tempat sampah selalu ada di setiap sudut jalan hingga taman tetap terjaga kebersihannya serta lampu-lampu hias yang antik menambah keeksotisan bangunan bersejarah kebanggan masyarakat Banten itu.
Perjalanan belum berhenti sampai di kesultanan Banten, wisata religi dilanjutkan ke daerah Banten girang yang dalam sejarah begitu hebat. Perjalanan kami disambut oleh pemandangan luar biasa! Bagaimana tidak? untuk menuju lokasi itu kami sudah dihadapkan oleh sungai besar dan dalam namun ironisnya jembatan untuk melewatinya begitu menghawatirkan, penulis bermimpi, jembatan itu dibuat dengan begitu kokoh dan dicat atau di hias dengan begitu manis sehingga siapapun pengunjung yang melewatinya tidak khawatir akan terjatuh apalagi ambruk, bahkan jembatan dan sungai itu bisa dijadikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung apalagi jika jempatan dan sungai itu bisa juga digunakan sebagai sarana olah raga yang memacu adrenalin seperti bungie jumping atau olah raga air lainnya.
Memasuki perjalanan ke daerah pandeglang, budaya dan tradisi Banten begitu bervariasi. Wisata golok ciomas, wisata pemandian air hangat dan air dingin juga tak lepas dari asal usul tradisi dan legenda masyarakat setempat juga merupakan daerah yang tak pernah sepi dari tradisi wisata religi dan lagi-lagi pengelolaan yang kurang professional mengakibatkan pergerakan perekonomian daerah kurang merata dan maksimal.
Wisata religi di daerah pantai Caringin Pandeglang juga salah satu destinasi rangkaian wisata religi wajib yang harus di kunjungi, hampir setiap tahun kami selalu mengunjunginya walau kadang karena kurang nyaman dengan suasana dan tatakelola serta semrawutnya manajemen pengelola tempat ziarah membuat kami kadang memilih menunggu di pinggir pantai, saat singgah di pantaipun masih merasa kurang nyaman karena lagi-lagi sampah berserakan di sekitar saung, pantai bahkan ke laut. Ancaman abrasipun sudah menggerogoti pantai bahkan jarak air laut dengan lokasi tempat ziarah sudah semakin dekat, akses jalan menuju lokasi ziarah seadaanya dan kebersihan merupakan faktor yang paling tidak dihiraukan dihampir semua tempat wisata religi. Penulis bermimpi, untuk lokasi ziarah yang begitu indah tepat di tepi pantai, lokasi ziarah (makam) dipondasi dengan begitu kokoh untuk menghindari terjadinya abrasi, penyediaan akses jalan yang nyaman bagi peziarah laki-laki dan perempuan serta kaum difabel, tata kelola para pedagang dan saung di pantai serta kebersihan pantai tentu saja menjadi daya tarik pengunjung bukan hanya pengunjung peziarah juga pengunjung masyarakat umum.
Begitu banyak tempat-tempat wisata religi di Banten yang tak kalah indah dengan Turki, tak sedikit aneka kuliner khas Banten yang tak kalah nikmat dan unik, begitu banyak sumber-sumber daya alam di Banten yang bisa dijadikan bahan kreativitas masyarakat, untuk itu pemerintah harus menggenjot memberikan edukasi kepada masyarakat dengan cara meningkatkan sosialisasi akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, pentingnya toleransi dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan bersama, untuk para pengelola juga perlu diberikan edukasi tentang manajemen pengelolaan tempat wisata religi dan hubungannya dengan para stakeholder supaya beberapa contoh permasalahan klasik tempat-tempat wisata religi tersebut dapat di kelola dengan baik dan sukses, tujuannya tak lain tak bukan demi terwujudnya masyarakat Banten yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya Banten.
Apalagi mengingat sejarah Banten yang sangat fenomenal dan sebaran peninggalan para waliullah di Banten yang diharapkan menjadi tujuan wisata religi bukan hanya bagi kaum muslim di Banten tetapi juga masyarakat umum yang datang bahkan dari luar negeri bukan hanya untuk berziarah saja tapi menikmati keindahan budaya dan tradisi di Banten bisa dijadikan bisnis pariwisata yang sangat besar yang mampu mendongkrak perekonomian Banten melalui pariwisata budaya dan tradisi serta religi menjadikan gerakan ekonomi kreative Banten seperti di Korea Selatan bisa digerakan pula secara maksimal di Banten. Aamiin.