Penulis : Ikatan Dosen RI (IDRI) Banten
ISBN : 978-602-53013-3-9
Editor : Achmad Rozi El Eroy
Sampul : Hendry Gunawan
Penerbit : Desanta Muliavisitama
Tahun Terbit : 2018
“Alhamdulillah Banten kini sudah berusia 18 Tahun. Jika di analogikan sebagai manusia ia sudah tumbuh menjadi remaja, usia yang sudah mulai ‘beger’, mulai suka bersolek tetapi ingin tampil beda dari yang lain, mulai suka coba-coba sesuatu yang dianggapnya “modern” walau keluar dari akar budaya. Sementara dari sudut pandang agama Islam, usia ini sudah aqil balig. Sudah terkena hukum wajib taat aturan. Dalam konteks menjaga agar pembangunan Banten sesuai dengan tujuannya, kehadiran buku ini sungguh sangat penting. Setidaknya menjadi rambu-rambu bagi siapapun yang menjadi pemimpin dan Pimpinan pemerintahan di Provinsi Banten agar dalam melaksanakan amanahnya memimpin Banten dengan baik dan benar, selalu amanah, visioner tetapi tidak tercerabut dari nilai-nilai agama, akar budaya, dan komitmen meningkatkan mutu hidup, kesejahteraan dan akhlak masyarakat Banten.”
HER. Taufik, Ph.D – Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Banten
“Buku yang berjudul “Quo Vadis 18 Tahun Provinsi Banten” yang berisis 24 tulisan dosen yang tergabung dalam Ikatan Dosen Republik Indonesis (IDRI) Banten, isinya sangat bergizi. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Karena paling tidak ada dua hal, Pertama: Penulis buku ini adalah kaum cendikiawan, para dosen, orang orang pintar yang kaya akan ilmu dan kapasitas kelimuan yang mumpuni dan tidak diragukam lagi. Kedua, ini yang jauh lebih penting, buku ini mengandung banyak ide dan gagasan bagaimana membangun banten, agar di usianya yang sudah menginjak 18 tahun, Banten bisa menggapai dan mewujudkan mimpi mimpinya diantaranya menjadikan banten yang maju, mandiri, berdaya saing, sejahtera dan berakhlakul karimah. Isi dari buku ini tidak hanya mengupas dari sisi bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, namun juga membahas bagaimana meningkatkan tata kelola birokrasi dan bagaimana meningkatkan sektor ekonomi melalui pariwisata berbasis kearifan local, pembangunan ekonomi yang berbasis ekonomi Islam hingga bagaimana mewujudkan karakter islami pada generasi milenial. Terakhir, saya ingin katakan bahwa buku ini tidak akan bermanfaat sama sekali untuk kemajuan banten yang kita cintai, bila tidak dibarengi oleh kerja nyata seluruh stakeholder terutama pemerintah daerah, sektor pendidikan, sektor swasta dan seluruh rakyat banten yang menginginkan agar banten ini lebih maju. Semoga Mimpi mimpi menjadikan banten maju,mandiri, berdaya saing, sejahtera dan berakhlakul karimah bisa segera terwujud.”
Semua Manusia akan merugi kecuali orang yang berilmu. Semua yang berilmu akan merugi kecuali yang beramaal Sholeh. Semua yang beramal sholeh akan merugi, kecuali yang ikhlas (Imam Ghazali)
Samsul Hadi, S.TP, CIRBD – Presiden Director Bank Syariah Muamalah PT BPRS Muamalah Cilegon
Meskipun provinsi banten telah berusia 18 tahun, namun belum jelas sekali pilihan arah kebijakan yang hendak dituju guna menunaikan janjinya kepada masyarakat banten secara luas. 18 Tahun lalu, sangat nyaring terdengar isyu strategis yang diangkat sebagai bahan dagangan agar Banten dapat ditetapkan sebagai provinsi yang mandiri. Isyu tersebut adalah tentang ketertinggalan, ketimpangan, dan kemajuan pendidikan di daerah selatan. Karena sejak tahun 1994 ratusan desa wilayah banten selatan masuk dalam program Instruksi Presiden (INPRES) tentang Desa Tertinggal, dan merupakan sebuah ironi hingga tahun 2015 melalui peraturan presiden (Perpres) no. 131/2015 Daerah Lebak kembali masuk dalam kategori Daerah Tertinggal.Jika melihat kondisi diatas, sangat wajar apabila Ikatan Dosen RI (IDRI) Banten dalam memperingati 18 Tahun berdirinya Provinsi Banten menyusun sebuah buku yang merupakan kumpulan tulisan dengan judul “Quo Vadis 18 Tahun Provinsi Banten”. Pertanyaan tersebut timbul karena hingga hari ini, pihak pemerintahan dan stakeholders Provinsi Banten belum dapat menjawab isyu strategis yang digulirkan ketika memperjuangkan pembentukan Provinsi Banten.
Sekalipun Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten pada tahun 2017 melewati angka IPM secara nasional yakni 71,42 sehingga termasuk kategori tinggi, namun jika ditelaah lebih lanjut IPM tersebut ditopang oleh oleh wilayah Tengerang Raya yang mencapai angka 80,84 sementara wilayah selatan masih memiliki IPM yang rendah yakni 62,95 untuk wilayah Kabupaten Lebak. Sebagai akademisi yang memiliki sikap berpikir kritis dan analitis, maka buku karya IDRI patut mendapat apresiasi karena menempatan aspirasi dan inspirasi pada sector pendidikan sebagai bahasan dengan porsi yang besar. Lalu disusul dengan gagasan tentang upaya menumbuhkan perekonomian melalui dunia pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital dengan tetap memperhatikan unsur budaya yang menjadi ciri khas kearifan lokal masyarakat banten yakni budaya yang bersifat relijius.
Dalam berbagai tulisan tersebut, banyak ide atau gagasan yang segar yang bisa dirujuk oleh para pemegang keputusan di pemerintahan provinsi Banten untuk menunaikan janji kepada seluruh masyarakat banten guna menjawab pertanyaan ‘quo vadis’ yang diajukan oleh para dosen yang memiliki kegelisahan sekaligus kepedulian terhadap kondisi masyarakat dan lingkungannya. Semoga buku yang bernilai ini memberi manfaat dan keberkahan bagi semua……….
Boyke Pribadi, S.Si, MM. – Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Wilayah Banten
Berikut Ebook 18 tahun Provinsi Banten