Penulis : Efri S
Tahun Terbit : 2017

Ini buku pertamaku, dan aku sangat suka akan hal itu. Walau pun bisa dibilang agak terlambat, tapi aku bersyukur akhirnya buku ini terbit juga dan berada di tangan para pembaca sekalian. Semoga catatan perjalanan yang aku tuliskan dalam buku ini tidak akan sia-sia. Aku berharap setiap kisah dalam buku ini dapat membawa hikmah bagi kita semua. Amiin
Pertemuan aku dengan Chris, Herlina dan Emak Setyo di Bromo pada saat acara open Trip yang diadakan Bandar Wisata tepatnya pergantian tahun baru 2013 ke 2014 membawaku dalam pendakian ke mahameru. Setelah perkenalan di bromo dan akhirnya berlanjut di medsos facebook membuat pertemanan kami semakin erat layaknya sudah berteman begitu lama. Di awal bulan april 2014 emak Setyo mengajaku untuk mendaki gunung semeru atau banyak orang menyebutnya mahameru, gunung tertinggi di pulau jawa. Gunung semeru dengan segala keindahan dan mitos misterinya membuatku penasaran untuk mengetahuinya lebih jauh lagi. Gunung semeru semakin terkenal semenjak adanya film 5cm di tahun 2012. Bukan hanya aku saja yang diajak dalam pendakian yang diadakan oleh Adit temannya Emak Setyo ini, ada Herlina, Chris, Ratih, mba Dee. Aku di kenalkan emak setyo dengan Ratih dan mba Dee di facebook. Berselang beberapa minggu setelah itu aku ajak Risma untuk ikut dalam pendakian ini, teman yang aku kenal di facebook dan bahkan aku sendiri belum pernah tatap muka dengannya.
Pendaki awam mungkin itulah yang pantas di sematkan dalam diri kami. Ada tiga kelompok dalam pendakian ini, pertama kelompok Emak Setyo, kedua kelompok bang Oky dan ketiga Kelompok Adit. Ketiga kelompok itu berbaur menjadi satu dengan satu tujuan yaitu Mahameru. Dari sekian banyak orang dalam pendakian ini hanya beberapa saja yang ahli dalam mendaki selebihnya hanya ikut-ikutan dan penasaran semata dengan gunung semeru. Tidak dipungkiri efek film 5cm membuat orang awam menjadi pendaki dadakan. Banyak hal yang aku pelajari dalam pendakian ke mahameru ini, dari hal yang menyenangkan hingga menyeramkan. Ratih yang datang terlambat ketika kereta hampir berangkat beberapa detik lagi, tidur di luar tenda saat hujan deras, mendengar suara adzan di Ranukumbolo, sholat di kemiringan 70 derajat, Batu-batu di mahameru berjatuhan, pendaki yang terguling bebas dari atas gunung bahkan ada pendaki seketika tak sadarkan diri akibat terjatuh dan terbentur bebatuan di mahameru. Tidak sedikit yang mengalami cedera saat melewati jalur ayek-ayek. Tawa, sedih, bahagia, kesal semauanya jadi satu dalam pendakian ini. Awalnya tak ada niatan untuk menuliskan kisah perjalananku ini dalam sebuah buku, namun ada panggilan hati yang semakin aku tolak malah semakin membesar hingga tak terbendung lagi dan jadilah kisah perjalananku dalam sebuah buku. Semoga buku ini benar-benar bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya dan mengambil hikmah atas apa yang terjadi didalamnya. Amiin.
Mengenai ucapan Terima Kasih, Yang pertama dan terutama kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Sang Khalik semesta, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Segala puji dan sembah hanya untuk-Nya dari selama-lamanya hingga selama-lamanya. Sholawat serta salam muda-mudahan selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad sallallahu alaihi wasallam yang telah menunjukkan kita jalan yang benar dan terhindar dari jalan yang sesat serta gelap gulita.
Lalu kepada kedua orang tua yang telah dengan sabar membesarkanku. Tentunya untuk kakak iparku Rully dan kakak perempuanku Eka Yunita yang berkenan meminjamkan laptopnya agar aku bisa melanjutkan tulisan buku ini di karenakan laptopku rusak dan data-data didalamnya ikut hilang sehingga aku harus menuliskan ulang naskah buku ini. Dan untuk istriku Fitra Taremia yang selalu menanyakan โkapan bukunya selesai?โ atau memberikan motivasi โ ayo pih semangat, selesaikan bukunyaโ kata-kata itu memacu saya untuk segera menyelesaikan naskah buku ini. Terima kasih aku ucapkan kepada si bidadari kecilku Keisha Shakila Azzahra yang selalu menantiku dan berlari memelukku ketika aku pulang kerja di sore hari. Dengan tawa khasnya menghilangkan rasa lelah yang ada.
Terima kasih untuk Rumah Dunia dan segenap relawan didalamnya, Terutama untuk bang Jack yang telah mengajakku ikut dalam kelas menulis rumah dunia.
Mas Gol A Gong salah satu pendiri rumah dunia, sekaligus penulis buku Balada Si Roy yang selalu menjadi magnet inspirasi untuk semua orang tanpa terkecuali denganku. Tentunya bu Tias tatanka istri dari mas Gol A Gong yang tak kalah hebat dalam memberikan inspirasi kepada orang di sekitarnya terutama peserta kelas menulis rumah dunia.
Kang Ibnu adam aviciena, dengan pesan yang aku selalu ingat โ menulislah seperti tulisan itu bisa di visualisasikanโ
Tere Liye, Raditya Dika, Andrea Hirata dan semua penulis ternama di Indonesia yang sudah mau berbagi dalam video Youtobe dengan inti pesannya โMenulislah walau tulisanmu masih jelekโ kata-kata motivasi itu memberikan efek positif untuk tetap menulis dan terus belajar menulis.
Terima kasih juga pada peng-unggah video-vidio tips menulis yang di sebarkan di youtobe sehingga aku dan mungkin jutaan orang lainnya bisa mengambil pelajaran positif dari video tersebut dan semoga menjadi amal jariyah yang tak terputus bagi si pengunggah. Amiin
Terima Kasih juga buat emak Setyo yang telah mengajak mendaki bersama dalam pendakian ke mahameru. Ratih, Herlina, mba Dee, mba Mariya, Chris, Risma, bang Oki, dan kawan kawan semua yang ikut dalam pendakian ini. Semoga kelak kita bisa berjumpa dan mendaki bersama lagi. Amiin
Untuk Teman-temanku semua baik teman masa kecil, SD, SMP, STM, Kuliah dan semua teman yang tak bisa aku sebutkan satu persatu.
Terima kasih kepada kang Sule (Muhammad Sulaiman) yang telah memperkenalkan aku dengan kakaknya (Achmad Rozi El Eroy) yang berprofesi sebagai dosen sekaligus writerpreneur sehingga buku dibalik keindahan mahameru dapat terealisasikan dengan cepat.
Tinggalkan Balasan