Oleh : Udi Iswadi

Sejalan dengan era tekonologi yang semakin berkembang pesat baik dari sisi alat komunikasi maupun permesinan semisal robot, membuat generasi yang berkembang kini adalah generasi copy paste, sebuah generasi yang berpegang pada prinsip duplikasi dan rubah sedikit maka akan menjadikan sebuah karya. Konsep yang salah kaprah dan menciderai sebuah karya, sehingga yang terjadi banyak permasalahan semisal duplikasi hak cipta, penyebaran informasi yang tidak bertanggungjawab dan cenderung membuat kegaduhan. Hal ini menjadi penyebab rendahnya tulisan maupun minat baca dari kaum millennial. Sifat seorang millennial saat ini antara lain selalu ingin cepat, ingin mudah, ingin langsung pada inti pokok permasalahan, berprinsip pada jika ada yang lebih mudah mengapa cari yang susah dan selalu melihat hasil bukan proses.
Kondisi ini menyebar dan membaur di masyarakat tanpa ada rasa malu maupun takut, berbeda dengan generasi sebelumnya yang memperhatikan proses dan percaya hasil tidak akan membohongi dari proses itu sendiri. Jika anda bandingkan semisal sebuah perkalian ditanyakan dan lakukan test antara generasi sebelumnya dengan generasi millennial saat ini sudah barang tentu hasilnya akan berbeda jauh bukan dari hasil namun dari sisi perilaku kedua generasi, pada generasi millennial cenderung akan melakukan pemecahan permasalahan dengan mencari sesuatu ditangannya misal handphone dan atau laptop untuk membantu menghitungnya dan meyakinkan diri dan perasaannya. Padahal sebenarnya apa yang dipikirkan dan rasakan benar adanya, disini muncul persoalan baru yaitu ketidak percayaan diri akibat kecanggihan teknologi.
Dahulu tes masuk sebuah perusahaan ternama harus melewati tes tertulis, masuk perguruan tinggi memakai tes tulis sehingga dapat kita perhatikan karena kebiasaan menulis menyebabkan generasi sebelumnya menghasilkan bentuk tulisan yang bagus dan menarik, susunan kata dan tata wicara terstruktur dengan baik, adapun generasi sekarang atau disebut millennial akan selalu ingin membuat kalimat dan atau tulisan sesingkat-singkatnya dan atau inti pokoknya saja. Jangan heran jika seorang sarjana sekalipun memiliki tulisan yang tidak berkarakter, kosong dan seperti hampa tidak memiliki struktur dan kejelasan. Era gadget membuat lompatan besar dalam teknologi namun disisi lain aspek negatif membuat sebuah generasi yang cenderung menjadi pemalas.
Kegiatan menulis idealnya akan mendapatkan sebuah dinamika yaitu gerak tubuh berupa olah tangan dan berimajinasi yaitu olah karya, dua kombinasi yang sangat dahsyat tatkala ditambah lagi dengan olah perasaan atau hati, sehingga menghasilkan sebuah cerita yang fenomenal bahkan membuat dunia lain diatas dunia. Namun kenyataannya pada zaman generasi millennial olah tangan diganti hanya dengan olah jari yang menyentuh satu persatu huruf pada gadget dengan sangat cepat bahkan bisa sambil memejamkan mata, olah karya diganti dengan olah duplikasi dengan mengambil kalimat orang lain dirubah dan ditambahkan gambar agar menarik, juga olah perasaan tergantikan dengan emotion (emosi) berupa sifat yang diidentikkan dengan gambar. Lambat laun akan tergerus zaman atau generasi penulis yang akan datang adalah generasi baru yang memiliki kecepatan seperti cahaya atau alien peradaban. Dunia semakin tua dari zaman ke zaman, namun sebenarnya anak cucu kita dapat menyingkap masa lalu adalah dari tulisan semisal sebuah prasasti dan juga dari gambar-gambar yang melekat pada satu objek, terpikirkah generasi millennial kita akan pentingnya sebuah tulisan untuk membuka takbir masa lalu dan masa ke depan. Apa yang akan terjadi dimasa yang akan dating jika tulisan tidak dapat ditemukan kembali.
Jika anda sebagai generasi millennial yang ingin melestarikan dunia, marilah menulis dan membuat cerita dari sebuah karya tulis. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebuah contoh perpustakaan di Belanda dan Mesir, banyak sekali cerita-cerita akan kejayaan Indonesia ada dinegara mereka. Mengapa demikian ??? pertanyaan besar untuk para kaum millennial. Tantangan terbesar dari generasi millennial untuk menulis adalah teknologi dan informasi yang berjalan seperti kilat seakan meniggalkan segalanya dan kita harus mengejarnya, namun pada hakikatnya tulisan-lah yang menjadikan itu semua. Adapun kendala yang lain selain teknologi adalah :
- Pelajaran tata bahasa yang lambat laun tergerus dengan pelajaran yang bersifat aplikatif.
- Tulisan yang dibuat kaum millennial lebih kepada tulisan pendek dan bersifat pengalaman pribadi.
- Kaum millennial lebih senang dalam menulis dengan menggunakan metode dan teknologi terkini.
- Gaya bahasa penulisan lebih ke arah gaya bahasa fiksi.
Menulis adalah suatu cara kita untuk menyampaikan ide, gagasan dan mungkin juga krtikan akan suatu persoalan hidup dan bisa jadi sebuah terobosan dalam penyelesaian permasalahan. Apapun kendala dalam menulis tetap saja merupakan seni dan bagian dari motivasi karena menulis merupakan tatanan yang tertulis dan memiliki syarat akan makna. Saat anda menulis sebuah karya yang ada yaitu kemampuan anda yang semakin meningkat karena saat menulis anda akan menemui hambatan dan saat itu pula hambatan akan berusaha dan selalu mencoba untuk diselesaikan. Kedewasaan dalam menulis membangkitkan anda semakin dewasa dalam berfikir dan bertindak sehingga menjadikan ilmu yang tidak perlu di cari saat dibangku sekolah atau perkuliahan, hal ini akan teraplikasi dengan sendirinya dari menulis.
Jika anda sebagai kaum millennial ingin menulis lakukanlah hal sebagai berikut mulai dari sekarang kita menulis, apapun bentuk tulisan tersebut, berapa banyak isinya dari tulisan tersebut jangan dipersoal, apa dan bagaimana metode tulisan lakukan sekehendak hati. Tatakala itu semua dilakukan dengan sabar dan tekun maka yang didapat adalah rasa penasaran, kebanggaan dan mulai merapihkan dari hal yang belum rapi sebelumnya. Bukankah orang besar adalah orang kecil yang berusaha menjadi besar, atau orang yang berhasil adalah orang yang hidup diawali dengan mimpi dan diselipi dengan imajinasi dan aktualisasi diri. Harapan terbesar dari kaum millennial adalah jangan berhenti dalam menulis walaupun kendalanya sangat banyak sekali dan cenderung untuk mematahkan semangat diri.
Konsep mengulangi dan terus mencoba bisa jadi kunci dari keberhasilan pada kaum millennial untuk membuat karya tulis. Bukankah pepatah menyatakan “Sekali berhasil maka akan menjadikan motivasi dan cambuk dalam berperilaku”.
Pola pikir pemerintah dalam hal ini adalah menteri pendidikan harus dapat berfikir bahwa menulis adalah sebuah kunci akan berbagai keberhasilan dan segera membuat program-program kerja yang berkaitan dengan menulis dan menjadikan ajang-ajang bakat muda kaum millennial. Sudah barang tentu program yang baik harus didukung oleh sarana dan prasarana semisal peralatan menulis yang canggih dan dapat dipakai oleh semua kalangan. [*] g